tips sehat Ibu Hamil Wajib Tau: Upaya safe motherhood

Monalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di ncgara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur usia dlsebabkan hal berkaitan dengan kehamilan.

Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama monalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 1996. WHO memperkirakan Iebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal saat hamil atau bersalin.

Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1 2 18 meninggal akibat kchamilan/persalinan selama kehidupannya; di banyak ncgara Afrika 1 : 14'. scdangkan di Amerika Utara hanya 1 : 6.366. Lebih dari 50% kematian di negara berkembang sebcnamya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah. Menanggapi masalah kcmatian ibu yang demikian besar. tahun 1987 untuk pcrtama kalinya di tingkat intemasional diadakan Konferensi tentang Kemalian lbu di Nairobi, Kenya. Lalu pada tahun 1990 ada World Summitfor Children di New York, A. S., yang membuahkan tujuh tujuan.utama, di antaranya mcnurunkan angka kematian ibu menjadi separuh pada tahun 2000. Pada konferensi tersebut hadir wakil dari 127 ncgara.

Tahun 1994, diadakan pula International Conference on Population and DeveIOpment (ICPD) di Kairo, Mesir, yang menyatakan bahwa kebutuhan kesehatan reproduksi pria dan wanita sangat vital bagi pembangunan sosial dan pengembangan SDM.

Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Di da1amnya termasuk pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat. 

Tahun I995 di Beijing, Cina. diadakan Fourth World Conference on Women, kemudian pada 1997 di Colombo. Sri Lanka disclcnggarakan Safe Motherhood Technical Consultation. chua konfcrensi intemasional ini menekankan perlu dipcrccpatnya pc. nurunan angka kematian ibu pada Iahun 2000 menjadi separuhnya. sejak 1990. Pada penemuan Colombo tcrsebut ditinjau kemajuan selama 10 tahun terakhir, scjak kon. fercnsi Nairobi. Disimpulkan meskipun kemampuan investasi terbatas, namun dengan intervcnsi kcbijakan dan program efcktif, angka kematian ibu masih dapat turun. 

Pada 1999 WHO mciuncurkan strategi MPS (Making Pregnancy Safer), didukung olch badan-badan intemasional seperti UNFPA, UNICEF, dan World Bank. Pada dasamya, MPS meminta perhatian pemerintah dan masyarakat di setiap negara untuk: o mcnempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional dan intemasional.

menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah disusun.

1. memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. keluarga berencana, aborsi legal, baik publik maupun swasta, meningkatkan upaya kesehatan promotif daiam kesehatan maternal dan neonatal serta pengendaiian fenilitas pada tingkat keluarga dan lingkungannya.

2. memperbaiki sistem monitoring peiayanan kesehatan maternal dan neonatal. Perkembangan di Indonesia " 

Komitmen dan perkcmbangan yang terjadi sccara imemasional tersebut berpengaruh pula pada langkah yang dilaksanakan Indonesia dalam menangani masalah kematian ibu. Tahun I988 diadakan Lokakarya Kesejahterann Ibu, yang merupakan kelanjutan konfcrcnsi tcntang kematian ibu di Nairobi setahun scbelumnya. Lokakarya benujuan mcngemukakan betapa kompleksnya masalah kematian ibu. sehingga penanganannya perlu dilaksanakan berbagai sektor dan pihak terkait. Pada waktu itu ditandatangani kescpakatan olch scjumlah l7 sektor. Sebagai koordinator dalam upaya itu ditetapkan Kantor Menteri Ncgara Urusan Pcranan Wanita (sekarang: Kantor Memeri Negara Pcmberdayaan Percmpuan). 

Tahun l990-I99i. Departemen Kesehatan dibantu WHO, UNICEF dun UNDP meiaksanakan Assessment Safe Motherhood. Suatu hasil dari kcgiatan ini adalah Rev komendasi chcana Kegiatan Lima Tahun. Departemen Kesehatan menerapkan rekomendasi tersebut dalam bcntuk strategi operasional untuk mempercepat penumnan angka kcrimtian ibu (AKI). Sasarannya adalah menumnkan AKI dari 450 per l00.000 keiahiran hidup pada I986 menjadi 225 pada tahun 2000. 

Awal tahun I996, Departemen Kesehatan mcngadakan Lokakarya Keschatan Reproduksi yang menunjukkan komitmen Indonesia untuk melaksanakan upaya kesehatan rcproduksi sebagaimana dinyatakan dalam ICPD di Kairo. Pada penengnhan tahun itu juga Menpena melun‘curkan Gerakan Sayang Ibu yaitu upayzr advokasi dan mobilisasi susial umuk mcndukung upaya percepatan penurunan AKI.


1. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin, dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai. 

2. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi. 

3. Pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya. 

Keempat intervensi strategis di atas perlu dilaksanakan lewat pelayanan kesehatan dasar, dan bersendikan kesetaraan hak dan status bagi wanita. Sejak awal 1990-an para pakar yang aktif dalam upaya Safe Motherhood mengatakan bahwa pendekatan risiko, yang mengelompokkan ibu hamil dalam kelompok tidak berisiko dan berisiko, sebaiknya tidak digunakan lagi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90% kematian ibu disebabkan komplikasi obstetri, yang sering tak dapat diramalkan pada saat kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu terjadi pada saat atau sekitar persalinan. Banyak di antara ibu berkategori tidak berisiko temyata meng~ alami' komplikasi; dan sebaliknya, di antara ibu yang dikategorikan berisiko, temyata persalinannya berlangsung normal. Karena itu, pendekatan yang dianjurkan adalah menganggap bahwa semua kehamilan itu ben'siko dan setiap ibu hamil agar mempunyai akses ke pertolongan persalinan yang aman dan pelayanan obstetri, Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetri, yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak ditangani dengan memadai. 

KEBIJAKSANAAN DEPARTEMEN KESEHATAN DALAM PENURUNAN AKI 

Tingginya AKI di Indonesia yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 1994) tertinggi di ASEAN, mencmpatkan upaya penurunan AKI sebagai program prion'tas. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, sepeni halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Ke dalam perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakjtjantung dan infeksi yang kronis. 

Selain itu, keadaan ibu sejak pra-hamil dapat berpengaruh terhadap kehamilannya. Penyebab tak Jangsung kematian ibu ini antara lain adalah anemia, kurang energi kronis (KEK) dan keadaan “4 terlalu" (terlalu muda/tua, sering dan banyak). Tahun 1995, kejadian anemia ibu hamil sekitar 51%, dan kcjadian risiko KEK pada ibu hamil (lingkar/ lengan atas kurang dari 23,5 cm) sekitar 30%. ' 

Lagipula. seperti dikemukakan di atas, kematian ibu diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori penyebab mendasar, seperti rendahnya status wanita, ketidakberdayaannya dan taraf pendidikan yang rendah. Hal nontcknis ini ditangani oleh sektor tcrkait di luar sektor kesehatan. sedangkan sektor kesehatan lebih memfokuskan intervensinya untuk mengatasi penyebab langsung dun tidak Iangsung dari kematian ibu. 


Comments

Popular posts from this blog

16 Gejala Yang Harus Diketahui Munculnya Kangker – Cara Memeriksa, Diagnosa dan Pencegahan

Rumus Rubik 4x4 - Paling Mudah dan Lengkap + Gambar

10 Cara Alami Memutihkan Lutut Dan Siku Yang Hitam